Dahulu hidup seorang raja. Ia mempunyai tukang sihir yang sudah tua. “Wahai Raja, kirimkanlah seorang pemuda pandai untuk kuajarkan sihir,” kata tukang sihir tua. Maka, raja memilih pemuda yang paling pandai untuk belajar sihir.
Tetapi, pemuda itu tertarik pada seorang ulama yang tinggal di dekat rumahnya.
“Aku ingin belajar ilmu Allah darimu,” kata pemuda kepada Ulama.
“Baiklah”, kata ulama.
“Tetapi tukang sihir tidak boleh tahu. Sebab ia pasti akan menghukummu.”
Suatu hari, seekor raksasa menghalangi jalan. Si pemuda mengambil batu dan berdoa, “Ya Allah, jka ajaran ulama lebih Kau cintai dari ajaran sihir, bunuhlah binatang itu dengan lemparan batu ini.”
Si pemuda melemparkan batu dan binatang raksasa itupun mati.
Dengan ilmu Allah yang diajarkan ulama, sang pemuda pandai menyembuhkan berbagai penyakit. Suatu hari datanglah seorang teman raja yang matanya buta.
“Engkau dapat sembuh kalau beriman kepada Allah,” kata si pemuda.
“Baiklah, aku beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa,” kata teman raja.
Dengan izin Allah, sang pemuda berhasil menyembuhkan matanya.
Ketika raja tahu, Ia pun marah.
Raja memanggil ulama, pemuda dan temannya itu.
“Kalau kalian masih terus menyembah Allah kalian akan kubunuh!” bentak raja.
Karena tetap beriman, Raja membunuh ulama dan temannya. Raja memerintahkan agar si pemuda dijatuhkan dari puncak bukit yang tinggi.
“Ya Allah, lindungilah hamba dengan cara apa saja yang engkau kehendaki,” doa si pemuda.
Bukit pun berguncang, para prajurit raja tergelincir dan mati. Sedangkan sang pemuda selamat.
Raja memerintahkan agar sang pemuda dibawa ke tengah laut dan ditenggelamkan.
“Ya Allah, lindungilah hamba dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki,” doa si pemuda. Perahu pun terbalik, para prajurit tenggelam, sedangkan sang pemuda tetap selamat.
“Kalau engkau ingin membunuhku, panahlah aku dengan menyebut nama Allah,” ujar si pemuda pada raja.
“Lakukanlah,” kata Raja pada prajurit. “Kumpulkan rakyat banyak untuk menyaksikan!”
Si pemuda pun diikat pada sebatang pohon kurma.
Dengan menyebut nama Allah, panah dilepaskan dan si pemuda pun wafat.
“Ternyata Allah lah yang menghidupkan dan mematikan, bukan raja!” kata rakyat.
Melihat rakyatnya banyak yang beriman kepada Allah, raja semakin murka.
“Galilah parit-parit panjang (ukhdud)! Nyalakan api! Lempar orang beriman ke dalam sana,” kata Raja.
Seorang ibu mendengar bayinya bicara. “Jangan takut ibu. Sesungguhnya kita berada dalam kebenaran.”
Maka sang ibu pun melompat ke dalam parit bersama bayinya. Orang-orang beriman itu disebut Ashabul Ukhdud.